Melihat Aksi Sulap Reza Rahadian Dalam Film Abracadabra

Radio UNTAR (09/01/2020) – Siapa dari Sobat Muda yang belum pernah menyaksikan sulap? Pastinya kalian semua sangat familiar dengan kata “Abracadabra”. Sebuah kalimat ajaib yang tentunya mengarah kepada suatu keajaiban. Hal itu juga ingin disampaikan oleh rumah produksi Fourcolours Films. Dengan mengusung genre fantasi, ini merupakan film ketujuh karya sutradara Faozan Rizal serta rumah produksi yang juga menaungi film Kucumbu Tubuh Indahku. Sangat menarik ketika sineas Indonesia menghadirkan sebuah film dengan genre yang unik dan berbeda dari sebelum-sebelumnya. Menghadirkan sejumlah pemain ternama seperti Reza Rahadian, Lukman Sardi, Asmara Abigail, Salvita Decorte dan deretan pemain bintang lainnya, membuat penonton semakin tidak sabar melihat penampilan luar biasa mereka di film ini. 

Abracadabra berkisah tentang Lukman (Reza Rahadian), seorang grandmaster yang sudah tidak lagi percaya pada keajaiban, ia berencana untuk gagal dan sekaligus pamitan ke teman-temannya di pertunjukan sulap terakhirnya. Lukman mempersiapkan trik mudah dari kotak kayu ayahnya, ia akan memanggil seseorang dari penonton untuk masuk ke dalamnya, memakunya, mengucapkan “Abracadabra!”, dan tentu saja orang tersebut masih ada di dalamnya. Tapi yang tidak ia ketahui adalah kotak itu milik banyak penyihir besar di masa lalu, hingga akhirnya sampai ke ayahnya yang juga seorang grandmaster. Kerumitan mulai terjadi setelah seorang anak laki-laki yang masuk ke kotak kayu itu menghilang. Keanehan dan keajaiban pun muncul silih berganti karena kotak kayu itu. Dalam perjalanannya untuk menemukan kembali anak laki-laki yang hilang, Lukman berusaha memecahkan rahasia kotak kayu itu dan kembali percaya pada keajaiban.

Di satu sisi seorang Kepala Polisi (Butet Kartaredjasa) juga sangat menginginkan kotak itu, berusaha mengejar Lukman dan menuduhnya dengan kasus penculikan anak. Kisah itu berubah menjadi permainan kucing dan tikus antara Lukman dan Kepala Polisi, mantan pesulap yang ingin menangkap Lukman dan memiliki kotak itu untuk dirinya sendiri. Perjalanan Lukman untuk mulai percaya pada keajaiban kembali menjadi rumit ketika seorang perempuan, Sofnila (Salvita Decorte), tiba-tiba muncul dari kotaknya. Sofnila percaya bahwa ia adalah salah satu asisten Lukito, ayah Lukman, yang dulu pernah menghilang di kotak itu. Mampukah Lukman memecahkan rahasia kotak dan meloloskan diri dari kejaran kepala polisi?

Kekuatan utama film Abracadabra terletak pada setting dan visualnya. Meski mengusung lokasi di Indonesia, sang pembuat film dapat meyakinkan bahwa Lukman dan kawan-kawan berada di daerah antah berantah yang menunjukkan bahwa sulap / sihir sangat hidup. Menarik disimak bahwa sentuhan klasik sangat didukung oleh aspek visual. Dengan pencahayaan yang agak redup serta kemunculan mobil klasik, film ini mampu membawa penonton bernostalgia ke film barat tahun 1970-an. Beberapa setting yang warna warni juga mengingatkan kita pada Film The Grand Budapest Hotel karya Wes Anderson. Kita patut mengapresiasi karena sineas Indonesia mampu mencapai tahap ini. Musik tema film ini disusun sangat rapi sehingga membantu penonton mengikuti alur film serta suasana hati para pemain. 

Mengapa Abracadabra? Menurut Faozan Rizal, “Kenapa tidak? Dunia magis dan dunia sinema adalah dua dunia yang bisa membuat saya hidup dalam dunia imajinasi saya sendiri. Walaupun penuh kebingungan, tapi intinya bagaimana kita harus percaya. Jadi mari kita rayakan kebingungan ini.” Ifa Isfansyah sendiri tertarik memproduseri film ABRACADABRA karena menurutnya Faozan Rizal adalah seorang yang penuh imajinasi dan mempunyai visi kreatif yang sangat kuat. Ifa Isfansyah mengatakan, “Ide-ide Faozan yang seperti bermunculan di setiap detiknya membuat saya sangat tertarik untuk berpartner. Bagaimana memberikan Faozan ruang dan kebebasan untuk berkarya tetapi juga sekaligus menjadi partner yang bisa membuat ide-idenya visibel untuk diproduksi.” 

Pada sesi tanya jawab yang dilakukan di Plaza Indonesia Rabu (09/01/2020), Ifa menambahkan bahwa sudah banyak film yang mengusung genre drama, mengapa tidak mencoba genre yang baru. Meski dikatakan baru di perfilman Indonesia, Ifa sangat yakin bahwa genre ini dapat mengedukasi masyarakat untuk menghargai keberagaman dan mengapresiasi karya sineas Indonesia. Beberapa orang mengira setting tempat di film ini berlokasi di Indonesia timur, namun Ifa menampik hal tersebut. “Di semua film yang saya buat, saya selalu mencantumkan nama lokasi tempat pengambilan gambar di akhir credit title sebagai bentuk apresiasi saya kepada daerah tersebut, pengambilan gambar film ini dilakukan di Yogyakarta”, ujar pria yang berhasil menyabet gelar produser Film Terbaik FFI 2019. 

Film Abracadabra adalah karya eksplorasi yang merupakan kerja sama Fourcolours Films dengan HOOQ, Ideosource Entertainment dan Aurora Media. Hal ini dilakukan agar film Abracadabra dapat tersebar luas bukan hanya di dalam negeri tetapi juga sampai ke mancanegara. Untuk mendukung hal tersebut Fourcolours Film juga mengadakan Pameran World of Abracadabra di Atrium Lantai 4 Plaza Indonesia mulai tanggal 7 sampai 12 Januari 2020. Ingin tahu keajaiban apa saja yang akan terjadi? Saksikan film Abracadabra mulai tanggal 9 Januari 2020 di Bioskop kesayangan Sobat Muda! (DN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *