Radio Untar – Kamis (20/07/2023). Setelah menunggu sekitar tiga tahun, Christopher Nolan hadir kembali dengan karya terbarunya yaitu Oppenheimer. Setelah Tenet (2020), Nolan mencoba menyutradarai film biografi seorang penemu bom atom dengan segala pencapaian dan dilema moralnya. Film yang diadaptasi dari novel berjudul American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin ini didukung oleh pemain-pemain yang mentereng diantaranya Cillian Murphy, Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr., Florence Pugh, Josh Hartnett, dan deretan bintang-bintang lainnya. Kira-kira apa yang membuat film ini digadang-gadang akan menjadi fenomenal?
Dikisahkan bahwa Oppenheimer (Murphy) adalah seorang pengajar fisika kuantum pertama di Amerika Serikat di tahun ketika perang dunia kedua mulai bergejolak. Kala itu Amerika Serikat ingin mencoba menghentikan perang dengan mengembangkan penelitian senjata. Oppenheimer pun ditunjuk oleh Jenderal Groves (Damon) untuk memimpin proyek Manhattan yang berlokasi di Los Alamos, New Mexico. Dalam waktu 3 tahun, Oppenheimer dituntut untuk menyelesaikan Bom Atom agar dapat mendukung terciptanya perdamaian dunia. Namun, setelah riset itu selesai dan berhasil, muncul kontroversi dan sejumlah dilema moral dalam diri Oppenheimer yang sangat menarik dituturkan oleh Christopher Nolan di film yang berdurasi sekitar 3 jam ini.
Bagi penonton yang sudah paham ciri khas Christopher Nolan pasti tidak asing dengan gaya bertuturnya yang seringkali ditampilkan dengan cara non-linear. Mungkin sekilas, kita disuguhkan dengan sejumlah potongan adegan yang membuat kita bertanya-tanya ke mana semua ini akan berujung. Namun, Sobat Muda tidak perlu terlalu fokus mendalami adegan demi adegan karena itu akan menguras banyak energi. Sobat Muda hanya perlu mengikuti dan mengamati setiap adegan karena di akhir film semuanya akan menjadi satu frame layaknya potongan puzzle yang tersusun dengan sangat rapi. Hal ini menunjukkan bahwa segi editing film ini sangat memukau.
Tidak hanya itu, film ini juga menyajikan adegan berwarna dan adegan hitam putih. Kemungkinan ini menjadi film pertama yang menggunakan kedua format ini secara bersamaan. Dalam wawancaranya, Nolan mengatakan bahwa adegan berwarna adalah pemikiran serta aspirasi dari Oppenheimer yang dituturkan dengan sudut pandang orang pertama. Hal ini semakin menarik ketika Nolan mengilustrasikan isi pikiran Oppenheimer dengan gambaran alam semesta, rintik hujan, serta matahari sehingga menunjukkan bahwa Oppenheimer sungguh seorang pemikir yang sangat kritis yang mencoba mewujudkan visinya hari demi hari. Mengenai adegan hitam putih dikatakan bahwa itu merupakan aspirasi dan cara pandang dari Strauss (Robert Downey Jr.). Dari sini semakin terlihat bahwa Nolan selalu menunjukkan kualitasnya ketika menghasilkan karya terbarunya.
Sangat pas rasanya bila penonton mengatakan bahwa ini merupakan panggung Cillian Murphy. Kita seringkali melihat Cillian Murphy di sejumlah film Nolan dengan porsi yang tidak terlalu mendominasi. Namun di sini merupakan titik balik seorang Cillian Murphy membuat penonton kagum karena penampilannya yang sangat memukau. Dari segi akting, Murphy berhasil menampilkan sosok Oppenheimer yang sangat percaya diri meski memiliki sisi rapuh. Gaya bicaranya serta ekspresi yang ditampilkan Murphy sangat menunjukkan bahwa ia seorang ilmuwan yang ambisius dan haus akan ilmu. Sangat menarik juga ketika kesedihan, dilema moral yang ditampilkan didukung dengan ilustrasi surealis. Hal ini menunjukkan kolaborasi apik sang aktor dengan sang sutradara. Mungkin kita dapat memprediksi bahwa Cillian Murphy akan muncul dalam nominasi pemeran laki-laki terbaik di Academy Awards tahun 2024. Tidak hanya Murphy, jajaran pemain pun sungguh menampilkan kualitas terbaiknya untuk mendukung kemegahan film ini.
Mengenai efek visual sudah tidak perlu diragukan lagi. Film yang mengusung tema mengenai pembuatan bom atom ini sungguh menyajikan visual yang sangat ril dan menggiring penonton seperti ada bom atom yang meledak sebagai transisi atau penekanan pada momen-momen penting film Oppenheimer. Tidak hanya visual, skoring atau musik dalam film ini juga sangat khas mulai dari suara hentakan kaki hingga suara alunan biola yang membawa kita semakin penasaran akan alur selanjutnya dari setiap adegan.
Dari seluruh pemaparan di atas, sangat kurang rasanya jika tidak menyaksikan Film Oppenheimer di studio IMAX karena proses produksinya juga sudah menggunakan kamera IMAX. Buat Sobat Muda yang udah nggak sabar menyaksikan Oppenheimer tenang saja karena film ini akan rilis serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 19 Juli 2023! (DN)