Radio Untar – Kamis 27/11/2014, Kira-kira apa yang terlintas di benak Sobat Muda saat mendengar WI-FI? Internet bukan? Tetapi ternyata WI-FI memiliki kegunaan lain-nya. Tak hanya memancarkan koneksi internet, teknologi Wi-Fi juga diklaim memiliki kegunaan lain. Hanya saja kegunaannya yang satu ini sungguh di luar dugaan, yaitu mengobati penyakit.
Peneliti dari Tufts University, Massachusetts dan University of Illinois sejatinya memanfaatkan teknologi lama, yaitu implantable medical devices (IMD) atau implan. Namun kinerja dari implan elektronik inilah yang dibuat berbeda.
Setelah ‘ditanam’ di dalam tubuh pasien, implan ini kemudian diaktifkan menggunakan remote yang memancarkan sinyal nirkabel. Saat itulah implan tersebut dapat ‘mengusir’ bakteri penyebab infeksi dari dalam tubuh.
“Kami memasangkan implan ini ke sejumlah tikus. Lalu setelah sinyalnya dipancarkan sebanyak dua kali (masing-masing 10 menit), maka teknologi tersebut memancarkan panas ke jaringan tubuh yang terinfeksi,” terang salah satu peneliti, Fiorenzo Omenetto seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (27/11/2014).
Dalam hal ini peneliti menggunakan tikus yang telah diinfeksi dengan bakteri staphylococcus aureus (S. aureus) yang dapat mengakibatkan abses kulit minor atau infeksi darah yang mematikan. Di percobaan lain, peneliti juga berhasil menghilangkan bakteri E coli dari tubuh hewan percobaan dengan ‘mengirimkan’ antibiotik ampicillin ke tubuh si hewan.
“24 jam kemudian, jaringan tubuh kedua kelompok tikus dikumpulkan dan setelah diamati sudah tidak ada tanda-tanda infeksi. Bahkan implannya hilang begitu saja dalam 15 hari,” imbuh profesor di bidang teknik biomedis dari Tufts School of Engineering tersebut.
Peneliti memastikan implan yang mereka kembangkan itu ‘hanya’ terbuat dari benang sutra dan magnesium. Perangkat pemanasnya terdiri atas sebuah resistor dan kumparan yang terbuat dari magnesium, lalu magnesium itu dibungkus oleh benang sutra, sehingga tak muncul efek samping ketika berada di dalam tubuh atau saat larut ke dalamnya.
Ini terbukti dengan temuan peneliti bahwa kadar magnesium di lokasi penanaman implan di tubuh hewan percobaan atau sekitarnya tidak lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya.
“Kemampuan untuk melarutkan diri pada implan ini penting, sehingga implannya tak perlu diangkat dengan jalan bedah, serta bisa larut dengan sendirinya dalam hitungan menit atau minggu, tergantung kebutuhan,” timpal peneliti lain, Hu Tao.
Peneliti berharap teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengobatan dengan cara paling praktis, yaitu tanpa minum obat secara oral atau mengatasi infeksi pasca tindakan operasi.(SG/Sumber : detik.com)