Mengintip Kisah Palm dan Gik yang Terjebak Dalam Friend Zone

Radio UNTAR (20/03/19) – Hai Sobat Muda, kamu lagi deket sama teman kamu? Hati-hati loh, nanti jadi baper. Nah biar tambah baper, sekarang lagi ada film bagus lagi nih! Karena ada film romantis komedi Friend Zone yang tayang di bioskop Indonesia pada tanggal 20 Maret 2019 ini, yang sebelumnya telah tayang di Thailand pada tanggal 14 Februari 2019 dengan pendapatan 1 juta THB dalam waktu dua minggu! Film yang menjadi box office di negara asalnya ini dibintangi oleh Naphat Siangsomboon (A Gift), Pimchanok Luevisadpaibul (A Crazy Little Thing Called Love) dan Jason Young. Wih, keren-kerenkan aktor & aktrisnya. Makanya buat kamu yang penasaran, yuk langsung aja dilihat ceritanya di bawah ini!

Friend Zone menceritakan persahabatan antara Palm dan Gink. Mereka berdua sudah bersahabat sejak SMA, mulai dari bolos bersama, hingga Palm rela menemani Gink membututi ayahnya ke luar kota. Persahabatan mereka dianggap lebih oleh Palm. Ia sebenarnya menyimpan rasa kepada Gink namun takut menyatakannya. Jika menyatakan perasaan, ia takut persahabatan mereka rusak, dan Gink pun selalu berkata “Bukannya menjadi teman sudah cukup?”.

10 tahun sudah mereka bersahabat, Palm dengan setia mendengar keluh kesan Gink dengan pacarnya, Ted. Ted merupakan seorang produser musik yang sedang menggarap lagu dengan beragam bahasa. Gink mencurigai  Ted berselingkuh dengan salah satu penyanyi-penyanyi yang bekerja sama dengannya.

 

Dengan mendengarkan keinginan penonton, sutradara Chayanop Boonprakob berhasil meraih salah satu pencapaian terbaik dalam karirnya. Zona teman atau yang dikenal dengan friend zone adalah situasi yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Terjebak pada posisi antara persahabatan dan berharap lebih, friend zone terkadang menjadi sebuah penjara yang membuat seseorang ingin melangkah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Friend Zone adalah film terbaru persembahan GDH (rumah produksi film asal Thailand) yang memaparkan suka duka dan kompleksnya hubungan sepasang laki-laki dan perempuan yang terjebak dalam situasi friend zone. Film ini digarap sangat apik oleh sutradara muda yang sangat bertalenta Chayanop Boonprakob.

“Ini merupakan hubungan yang menghadirkan bahagia dan sedih secara bersamaan,” kata Chayanop yang mengatakan bahwa ide cerita ini telah ia kembangkan selama satu tahun sejak ia mengikuti pelatihan penulisan naskah film yang diselenggarakan oleh GDH. Setelah berhasil menggarap dua film sebelumnya, May Who (komedi romantis remaja) dan A Gift (film yang mengenang almarhum Raja Bhumibol dengan musik Pohn Jak Fah), Chayanop mendedikasikan penuh tenaga dan waktunya untuk memproduksi film Friend Zone agar dapat diterima oleh banyak penonton.

Kisah ini terinspirasi melalui pengalaman dari dirinya dan teman-temannya, ditambah dengan kreasi imajinasinya sendiri. Chayanop juga dahulu sempat bekerja sebagai pramugara, jadi dia juga menggunakan ingatannya untuk membentuk karakter laki-laki utamanya Palm (diperankan oleh Naphat “Nine” Siangsomboon). Pekerjaan itu juga memungkinkan Palm untuk melakukan perjalanan ke mana saja untuk bersama sahabatnya Gink (Pimchanok “Baifern” Luevisadpaibul) ketika ia melompat dari satu negara Asia ke negara lain untuk memastikan apakah pacarnya Ted (Jason Young) selingkuh.

Friend Zone, bagi Chayanop sendiri, adalah kesempatan besar untuk tumbuh dewasa. Kisah ini lebih dewasa daripada film-film sebelumnya (termasuk komedi romantis rock remaja 2011 Suck Seed), yang sebagian besar berurusan dengan mimpi-mimpi anak remaja dan hubungan pacaran. Skala proyek ini juga lebih besar, dengan melakukan syuting (pengambilan gambar) di berbagai lokasi di Asia yang membawa para pemain dan kru ke berbagai lokasi mulai dari jalanan ramai Hong Kong hingga ke Pagoda Shwedagon yang suci di Myanmar. Syuting di berbagai negara itu sangatlah melelahkan, tetapi menyenangkan, kata Chayanop.

“Dia sangat fleksibel. Selama bekerja, saya rasa dia telah membuktikan bahwa dia mampu melakukan apa pun yang Anda minta, untuk menjadi besar, dramatis, realistis, bahkan kartun dalam penampilannya. Dia merupakan aktris yang sangat berbakat di Thailand,” kata Chayanop memuji pemeran utama perempuannya.

Image result for friendzone thailandFriend Zone merupakan kerja sama perdana Chayanop dengan Pimchanok, sementara ini merupakan kesempatan kedua bagi Chayanop untuk kembali berkolaborasi dengan pemeran utama laki-lakinya Naphat setelah mereka sebelumnya bekerja bersama di film A Gift.

“Dia orang yang rajin dan sangat menyenangkan. Dia selalu mencatat,” kata Chayanop. “Semua orang mencintainya, sungguh. Dia sangat tampan dibandingkan dari seluruh iklan yang pernah kita saksikan. Dan dalam film ini, kita juga bisa melihat sisi lain dari dirinya yang sempurna dengan menunjukkan peran sedih , merasakan sakit, dan menceritakan lelucon buruk. Cukup menyegarkan melihatnya seperti ini, ditambah lagi dia juga terlihat sempurna di depan kamera. ”

Image result for friendzone thailandSelain para aktor dan aktris yang menarik, salah satu hal yang membuat penonton penasaran dengan film ini adalah memasukkan lagu Kid Mak (Overthinking) sebagai soundtrack utamanya. Awalnya lagu tersebut dinyanyikan dan dipopulerkan oleh penyanyi Thailand, Palmy, versi film dari lagu ini membuat berbagai penyanyi pop regional membawakan lagu tersebut dengan apik, serta muncul dalam adegan film. Penyanyi yang mengisi soundtrack film ini antara lain: Namfon Indee dari Laos, Claudia Barretto dari Filipina, Chi Pu dari Vietnam, Meng Jia dari China, Joyce Chu dari Malaysia, Laura Mam dari Kamboja, Audrey Tapiheru dan Cantika Abigail dari Indonesia, Phyu Phyu Kyaw Thein dari Myanmar, dan tentu saja Palmy sendiri dari Thailand. Liriknya pun dinyanyikan dalam bahasa masing-masing penyanyi. Video musik lagu ini disutradarai oleh saudara laki-laki Chayanop, Nottapon, ia sebelumnya menyutradarai film 2.215 yang bercerita tentang seseorang yang berjuang mencari dana amal melalui lari marathon. Video klip internasional lagu ini telah dilihat lebih dari 2,6 juta kali di YouTube. Masuknya berbagai bahasa dan bintang-bintang internasional dalam film ini merupakan usaha untuk menarik lebih banyak penonton di Asia untuk menonton film, kata sang sutradara.

“Film-film kami sebelumnya juga telah dirilis secara regional, seperti di negara-negara Asean seperti Laos, Kamboja dan Indonesia. Orang-orang di sana sangat menyukai film-film Thailand, dan itu cukup menarik untuk melihat kisah-kisah ini di sulih suara (dubbing) dalam berbagai bahasa lokal pada waktu itu, “kata Chayanop.

“Jadi, menurut saya jika kita memasukkan budaya, konteks, dan tempat yang berbeda ke dalam film, mungkin orang-orang akan lebih tertarik untuk menyaksikan film tersebut.”

Image result for friendzone thailand

Apakah komedi romantis merupakan genre laris manis di pasar Asean? Pembuat film mengatakan bahwa tergantung pada masing-masing film juga, untuk membuat genre tersebut diterima oleh penonton. Komedi romantis sangat tidak terhitung jumlahnya dibuat setiap tahun untuk mengundang reaksi dan penerimaan yang berbeda dari publik. Untuk membuat sebuah film, Chayanop juga mencoba menampilkan konsep khas untuk membuat kisahnya berbeda dan lebih menarik bagi para penonton. Memiliki pemain yang berkualitas juga merupakan nilai tambah sebuah film, katanya. Bagian dari proses pembuatan film ini Chayanop juga mengukur umpan balik penonton. Setelah beberapa komedi romantis diterima dengan baik, ia belum menemukan resep sempurna untuk membuat film yang sukses, tetapi pendekatan ini membuatnya sang sutradara semakin dekat film ini

“Setiap kali selesai membuat film, saya akan selalu pergi ke bioskop untuk melihat reaksi orang banyak apakah film dengan sentuhan yang berbeda ini sungguh disukai atau tidak. Apakah orang-orang tertawa pada saat melihat lelucon yang kami hadirkan? Beberapa gagal dan Ada juga yang berhasil. Sehingga kami belajar untuk menjadi lebih terbiasa dengan apa yang ditanggapi oleh penonton, untuk terus meningkatkan meningkatkan kualitas film berikutnya. ”

Related image

Sang sutradara mengatakan bahwa dia juga mengikuti komentar dan umpan balik film ini secara rutin di media sosial, tetapi ia juga menambahkan bahwa umpan balik ini – baik positif atau negatif – tidak memberikan tekanan kepadanya selama bekerja.

“Setelah periode tertentu, saya kira kita bisa belajar bagaimana membedakan tanggapan seperti apa yang bermanfaat bagi kita dan pekerjaan kita. Saya tidak membaca semua yang baik dan membiarkan pujian itu sampai ke kepala saya. Pada saat yang sama, saya menerima kritik ketika itu konstruktif dan masuk akal. Saya dapat belajar dari situ. Tetapi jika itu hanya kebencian, jangan pedulikan mereka, “pungkasnya. “Ambil manfaat dari umpan balik. Bukan tekanan.”

Nah, sedikit lagi nih buat kamu yang mau tau bagian seru dari film Friend Zone, jadi pada suatu hari Gink membuntuti Ted hingga ke Myanmar, Malaysia, dan Hongkong. Tentunya meminta bantuan Palm, tanpa ragu ia selalu menuruti semua permintaan Gink.  Itu dia part yang paling membuat kamu penasaran nih Sobat Muda. Apakah Palm akan jujur kepada Gink? Siapakah yang akan Gink pilih, Ted atau Palm?

Makanya nih Sobat Muda jangan lupa film friend Zone akan dirilis di Indonesia mulai tanggal 20 Maret 2019 dan dapat disaksikan di CGV Cinemas, Cinemaxx Theater, Flix Cinema, Lotte Cinema, & Kota Cinema . Kamu harus banget nonton film ini. Biar kamu nggak penasaran dengan jalan ceritanya. (EK)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *