Radio Untar – Rabu (12/06/19) Tahun 2019 dapat dikatakan sebagai tahun Superhero. Bagaimana tidak? Setelah bulan April yang lalu rilis Film Avengers: Endgame, kini X-Men: Dark Phoenix siap dirilis di Indonesia tanggal 14 Juni 2019 mendatang. Film ini diproduksi oleh 20th Century Fox bersama dengan Marvel Entertainment, TSG Entertainment dan The Donners’ Company dan didistribusikan oleh Walt Disney Studios dan Motion Pictures. Simon Kinberg duduk sebagai sutradara, penulis dan juga produser film ini. Selain dirinya terdapat pula Hutch Parker dan Lauren Shuler Donner yang juga menjadi produser. Film yang dibintangi oleh James McAvoy, Michael Fassbender, Sophie Turner, Jennifer Lawrence, Tye Sheridan, Alexandra Shipp, Nicholas Hoult, Evan Peters, Kodi Smit-McPhee dan Jessica Chastain sebagai para pemeran utama memiliki fokus cerita mengenai Jean Grey yang menyerap kekuatan kosmik pada saat melakukan misi penyelamatan di luar angkasa dan berubah menjadi Phoenix.
Film dibuka dengan Jean Grey kecil bersama dengan kedua orang tua-nya yang sedang mengendarai mobil lalu mengalami kecelakaan akibat dari kekuatan yang dimiliki oleh Jean. Berkat kekuatannya itu sendiri, Jean Grey berhasil selamat dan tidak terdapat cedera maupun luka pada seluruh tubuhnya. Setelah sadar Jean bertemu dengan Profesor Charles Xavier, Charles mengatakan kepada Jean bahwa kedua orang tua-nya sudah meninggal dunia dan ia akan mengadopsi Jean. Film berlanjut perjalanan X-men dalam misi penyelamatan di luar angkasa. Di sini, Jean Grey secara tidak sengaja menyerap kekuatan kosmik yang membuatnya tidak sadarkan diri selama beberapa saat. Anehnya kekuatan kosmik tersebut malah membuat diri Jean semakin kuat. Hank McCoy merasakan ada sesuatu yang salah dengan Jean dan ternyata memang benar, kekuatan Jean berada di luar batas kemampuannya sehingga dapat menimbulkan banyak masalah.
Film ini juga memperlihatkan bagaimana Charles mengambil keputusan yang berakibat munculnya pro dan kontra antara sesama X-Men. Raven dan Beast merasa bahwa Charles sudah berubah sehingga setiap keputusan yang diambil olehnya mengancam keselamatan para mutant. Film ini sungguh menyentuh sisi emosi penonton, yaitu pada saat Raven berusaha untuk tetap menjaga kesatuan X-Men. Raven menunjukkan sifat yang sangat dewasa dibandingkan dengan mutant senior lainnya. Tidak hanya emosi, film ini juga menyuguhkan nilai kekeluargaan, sportivitas, penyesalan, pengkhianatan dan kepercayaan.
Jika dilihat dari masing-masing superhero, sebagian film X-Men sepertinya kurang maksimal dalam menampilkan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing mutant. Seperti contoh Raven, dalam film X-Men (2000), X-2 (2003) dan X-Men: The Last Stand (2006) ketika tokoh Raven masih digambarkan sebagai tokoh antagonis, ia sangatlah licik, pintar, atletis dan menjadi salah satu musuh terberat untuk ditangkap maupun dikalahkan. Namanya juga lebih dikenal sebagai Mystique karena telah membunuh banyak jiwa (disampaikan dalam film X-Men: Days of Future Past). Sedangkan dalam film X-Men: Apocalypse dan Dark Phoenix, Raven seakan-akan telah kehilangan kekuatannya.
Tidak hanya Raven, Storm juga menjadi salah satu karakter yang kurang ditonjolkan kekuatannya. Kekuatan Storm hanya sedikit sekali ditonjolkan dalam film ini, seharusnya ia mampu berbuat lebih dari itu. Sedangkan pada film X-Men: Days of Future Past kekuatan Storm berhasil diperlihatkan meskipun hanya sesaat. Untuk Charles, Erik, Hank, Scott, Peter dan Kurt telah mendapatkan porsi yang pas. Film ini juga menjadi ajang debut bagi 3 mutant baru yaitu Dazzler (Halston Sage), Selene (Kota Eberhardt) dan Red Lotus (Andrew Stehlin). Yang menjadi perhatian bagi publik dan pecinta X-Men tentunya adalah Dazzler karena meski hanya selama kurang lebih 15 detik kemunculannya, Halston Sage berhasil memikat perhatian sehingga penonton mengetahui siapa mutant yang merupakan entertainer dan dapat mengontrol gemerlap cahaya. Sedangkan peran Selene dan Red Lotus kurang begitu ditonjolkan. Padahal mereka bisa saja menjadi pendukung kesuksesan film ini mengingat Selene adalah seorang penyihir dan Red Lotus memiliki kekuatan yang unik.
Meskipun demikian, film ini masih berpotensi untuk menyamai kesuksesan film X-Men: The Last Stand. Famke Jansen dan Sophie Turner sama-sama berhasil menampilkan tokoh Jean Grey yang mempesona dengan ciri khas mereka masing-masing. Tetapi jika dilihat dari keganasannya, tentunya Jean yang diperankan oleh Famke Jansen jauh lebih ganas. Film X-Men: The Last Stand berhasil menampilkan sisi dewasa Jean Grey. Sophie Turner mengemban tugas sebagai Jean yang masih remaja yang memiliki konflik dan masalah seperti remaja pada umumnya. Terlepas dari itu Sophie tetap berhasil memerankan Jean (Phoenix) dengan sangat baik. Timbul juga pertanyaan siapa yang dapat membunuh Jean, apakah terdapat kejutan munculnya Wolverine? Jawabannya adalah tidak. Film ini memiliki alur cerita tersendiri yang menarik untuk diikuti. Meskipun banyak masyarakat yang beranggapan “no Wolverine, no X-Men” (yang sudah memiliki pemikiran bahwa Wolverine adalah ikon dari X-Men), harap diingat bahwa X-Men adalah kumpulan superhero yang berupa mutant. Hal ini dapat dimengerti bahwa meskipun tidak ada Logan, X-Men tetaplah X-Men. Bahkan banyak sekali penggemar X-Men yang merindukan karakter-karakter klasik seperti Rogue, Iceman, Kitty Pryde, Colossus, Emma Frost, Banshee, Pyro dan lain-lain.
Sebagai penutup 20 tahun X-Men Saga, film ini tentunya mendapatkan ekspektasi yang tinggi dari penggemar X-Men dan masyarakat luas. Para pecinta X-Men pastinya sudah tidak sabar untuk menyaksikan X-Men Dark Phoenix karena film ini sudah sangat dinantikan sejak lama. Secara garis besar, film ini layak ditonton untuk membuat kamu semakin memahami X-Men Universe. Penonton juga akan dihibur dengan efek suara yang sangat baik sehingga meningkatkan ketegangan sepanjang film. Saksikan film X-Men: Dark Phoenix mulai tanggal 14 Juni 2019 di bioskop kesayangan kamu! (MSTE)